HAERANI
Selasa, 15 Maret 2011
For ARA with Love.....
kesucian dan keindahan mu
Tak terperih anugerah Ilahi
Jadikan cinta alas sikapmu
Kasih sayang pesona fitrahmu
kejujuran muara tuturmu
Engkau penyelaras kami
Impian menyatu dalam harapan
Doa kami di nadi mu, Anakku...
Bintang itu telah jatuh
Suka cita, tangis haru
Peri kecilku,
Kami menyayangimu
Mahadewi ku...
Cinta kami....
Bapak @RS. Catherine Both
Makassar,
10 Agustus 2002
Journey to Aussie 2010
Matahari baru saja akan beranjak pulang di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, cahaya jingga menyinari bangunan megah yang belum lama ini mulai dioperasikan. Lalu lalang manusia dengan koper yang ditarik ke sana ke mari, menuju gate dimana pesawat yang akan membawa mereka ke tempat tujuan sudah siap untuk take off.
Kami juga bergegas menuju gate 2 tempat pesawat yang akan membawa saya dan Heru, suami saya, menuju Bali untuk kemudian mengambil penerbangan jam 23.30 menuju Sydney. Perjalanan ini sudah kami rencanakan sejak 2 bulan lalu. Ide muncul ketika akhirnya saya bisa berkomunikasi kembali dengan Fanny, teman kuliah yang sudah lama tidak bertemu, yang menikah dengan Flip (warga Negara Australia) sejak 2004 silam. Thanks to Facebook….thanks to technology….
Mei 22nd, 2010
Angin sejuk menyambut kami begitu keluar dari pintu pesawat. Keletihan setelah menempuh penerbangan + 5 jam terobati dengan pemandangan dan atmosfir yang sungguh berbeda dengan biasanya. Dimana-mana kami melihat orang-orang lalu lalang dengan jaket yang cukup tebal, syal, dan tidak ketinggalan boot. Suhu Sydney saat itu diperkirakan 140C, sangat dingin untuk ukuran kami orang Indonesia. Antrian cukup panjang terlihat di counter-counter petugas imigrasi, yang kelihatan sangar-sangar dan kurang senyum. Namun demikian, pertanyaan yang diajukan tidak terlalu menakutkan ; apakah Anda membawa makanan dari Negara Anda? Apakah Anda membawa barang yang mudah meledak? Dan lain sebagainya. Hampir sama dengan form yang kami isi sewaktu masih di pesawat.
Setelah itu kami dipersilahkan menuju pintu keluar. Lega rasanya!
Di luar, Fanny sudah menunggu bersama Flip. Setelah hampir 20 tahun tidak bertemu, Fanny tidak berubah sama sekali. Teman saya yang masih keturunan Ambon itu masih tetap manis dan imut-imut.
Diiringi hujan rintik-rintik dan cuaca dingin yang menusuk, kami menempuh perjalanan 3 jam menuju Bathurst, ranch yang menjadi tempat tinggal Fanny dan Flip. Ranch yang luas, sapi-sapi berkeliaran, kanguru yang sekali-kali melintasi jalan raya, adalah pemandangan yang kami temui sepanjang perjalanan. Yang paling saya kagumi adalah jalanan yang sangat mulus, tidak ada lobang sedikit pun, pohon-pohon di pinggir jalan yang berwarna kuning, jingga, dan pink, sungguh pemandangan autumn yang spektakular, menurut saya.
Memasuki halaman rumah Fanny yang sangat luas, dengan rumah mungil berwarna hijau ditengah-tengah ranch, yang menjanjikan pengalaman-pengalaman seru selama 3 hari kunjungan kami di Bathurst. Pengalaman dengan menumpang zig-zag train, berbelanja di satu-satunya supermarket yang ada di Bathurst, yang luas dan bersih, foto-foto di taman kota, barbeque dengan teman-teman Fanny yang ramah-ramah, mengunjungi rumah Srie Moran dan Chanaka, sungguh suatu pengalaman yang tidak dapat kami lupakan.
Mei 27th, 2010
Pagi hari, kabut tebal dan udara dingin yang menusuk mengiringi perjalanan kami menuju stasiun Kereta yang akan membawa Saya, Heru dan Fanny menuju Sydney. Seperti fasilitas umum lainnya yang ada di Aussie, kereta ini pun sangat bersih dan rapi, tidak ada coret-coretan ataupun kulit kursi yang sobek, dan yang terpenting buat saya, tidak ada bau yang bikin mual. Perjalanan selama 3 jam lagi-lagi tidak terasa ketika kami tiba di stasiun kereta Sydney. Sebelum menuju Hotel, muffin dan coklat hangat menemani sarapan kami di stasiun kereta itu.
Kami harus bergerak cepat karena Fanny harus kembali ke Bathurst sore itu juga, agar tidak kemalaman tiba di rumah. Flip sudah berulang-ulang mengingatkan sebelum kami berangkat.
Di Bathurst, kami sudah melakukan reservasi untuk Hotel yang akan kami tempati di Sydney nantinya. Kami sengaja memilih hotel yang berlokasi di Centre Business District agar kami dapat kemana saja dengan mudah, dan banyak tempat yang dapat dituju dengan berjalan kaki. Metro Hotel Sydney Central di Pitt Street menjadi pilihan kami,lokasinya dekat dengan Capitol Theather, World Square Shopping Centre, Elizabeth Building dan Mayer.
Tujuan utama kami di Sydney, tentu saja, Opera House! Setelah semalam bertanya-tanya bis yang tepat untuk menuju Opera House, dengan percaya diri saya dan Heru menuju halte bis, lagi-lagi Sydney diguyur hujan, sehingga cuaca dingin sangat terasa. Untunglah kemarin bersama Fanny sempat membeli over coat yang membuat Heru agak melotot….hehehe…
Ternyata, orang-orang di sana cukup ramah dan sangat membantu. Dengan senang hati mereka melayani setiap pertanyaan kami untuk bis-bis yang semestinya kami gunakan untuk ke tempat tujuan. Seperti bis-bis di Jakarta, kami harus memperhatikan nomor-nomor bis agar tidak kesasar ke tempat lain. Tetapi tentunya kondisi bis sangat jauh berbeda dengan bis yang ada di Indonesia. Tidak ada kondektur yang mondar-mandir memeriksa tiket, tidak ada suara teriak-teriak menyebutkan halte tujuan, dan tentunya tidak ada bau menyengat! Bersih dan rapi.
Sebelumnya kami sudah membeli tiket bus di Seven Eleven, yang dapat kami gunakan selama 24 jam, dan discan pada pintu bis begitu kami naik. Sungguh tertib dan mandiri.
Setelah tiba di halte yang dekat dengan Opera House, supir bis dengan ramah memberitahu kami. Sambil berjalan kami melihat banyak toko-toko yang menjual souvenir, dan kami sempatkan untuk membeli oleh-oleh yang akan dibawa pulang.
Akhirnya tiba juga di Opera House. Setelah puas berfoto-foto dan mengelilingi bangunan tersebut, kami menuju Darling Harbour, menyeberang dengan ferri menuju Tooranga Zoo, tujuan wisata kami berikutnya. Petugas di Harbour ini kurang ramah, mungkin karena sebel juga dengan permintaan saya untuk mengulang penjelasan mengenai jam keberangkatan ferry….lha habis gimana lagi, ngomongnya ga jelas, mumbling gitu L
Taroonga Zoo merupakan kebun binatang yang sangat luasi, dipenuhi oleh binatang-binatang yang cukup agresif. Sayang pemandangan agak terganggu oleh renovasi yang dilakukan. Di sini kami sempat berfoto dengan koala. Sebenarnya saya maunya berfoto sambil menggendong koala tersebut, tetapi tidak dibolehkan oleh petugas karena bertentangan dengan Undang-Undang mereka, dan dikhawatirnya saya kena cakar!
Anyway, akhirnya kami pulang ke hotel setelah makan malam yang mengenyangkan di restoran Malayisa, Kestuni, dengan menu nasi! Finally! After 4 days! Amazing how we missed rice so much… :D
May 29th, 2010
Pagi hari kami dijemput dengan bis fasilitas dari Hotel, yang mengantar kami langsung ke Bandara, menuju kota tujuan liburan kami berikutnya, Melbourne. Kami menginap di Formula 1 Hotel yang terletak di Elizabeth Street, selama 3 hari. Hari pertama kami sempatkan untuk jalan-jalan di sekitar hotel, dan mengunjungi Melbourne Aquarium. Tempat ini tidak terlalu istimewa, tidak berbeda jauh dengan Sea World di Ancol.
May 30th, 2010
Hari ini kami rencanakan untuk mengunjugi Melbourne Zoo. Berhubung dibuku panduan saya tidak ada petunjuk tram yang menuju ke sana, terlebih dahulu kami harus bertanya ke Informasion Tourist yang banyak terdapat di sekitar hotel.
Ditengah perjalan saya melihat tram melewati Elizabeth Market, semacam pasar tradisional yang menjual souvenir dengan harga murah. Saya langsung berencana untuk mampir ke tempat itu dalam perjalan balik ke hotel, meskipun akhirnya tidak terlaksana karena sudah kecapean berjalan-jalan di zoo. Yang tidak kalah menariknya adalah stasiun kereta di Flinders St, berwarna kuning, dan seperti bangunan kuno.
May 31st, 2010
Tujuan wisata kali ini adalah Rod Laver Arena! Berhubung saya dan Heru senang nonton tennis, maka tempat ini menjadi tempat yang wajib untuk dikunjungi. Seperti tempat wisata lainnya yang kami kunjungi, di tempat ini wajib membeli souvenir. Setelah berfoto-foto dengan petenis idola (meskipun orangnya tidak ada di situ, hanya fotonya aja!) kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di Swanson St, dan tentunya Spencer St! Setelah 9 hari di Aussie, saya sudah mulai home sick. Sudah tidak sabar untuk pulang dan bertemu dengan anak-anak. Missed them so much!
Juni 1st, 2010
Pagi hari, lagi-lagi menggunakan bis hotel, kami diantar menuju bandara untuk pulang ke Indonesia. Dengan pesawat Garuda, akhirnya kami menuju Jakarta, dan connecting flight jam 21.30 wib untuk ke Makassar.
There’s no place like home!
Selasa, 24 Agustus 2010
Life is Climb....but the view was great!
But there’s a voice inside my head saying, you’ll never reach it
Every step I’m taking, every move I make feels
Lost with no direction, my faith is shaking
But I gotta keep trying
Gotta keep my head held high
There’s always gonna be another mountain
I’m always gonna make it move
Always gonna be a uphill battle
Sometimes I’m gonna have to lose
Ain’t about how fast I get there
Ain’t about what’s waiting on the other side, it’s the climb
The struggles I’m facing, the chances I’m taking
Sometimes might knock me down, but no, I’m not breaking
I may not know it, but these are the moments that I’m gonna remember most
Just gotta keep going, and I, I got to be strong
Just keep pushing on